Kemarau basah adalah fenomena cuaca yang terjadi ketika hujan masih turun secara berkala pada musim kemarau, meskipun intensitasnya menurun. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarau basah disebabkan oleh dinamika atmosfer regional dan global, seperti:
- Suhu Muka Laut yang Hangat: Suhu laut yang hangat dapat meningkatkan curah hujan.
- Angin Monsun Aktif: Angin monsun yang aktif dapat membawa kelembapan dan menyebabkan hujan.
- La Nina: Fenomena pendinginan suhu laut di Pasifik tengah yang dapat meningkatkan curah hujan di Indonesia.
- Indian Ocean Dipole (IOD) Negatif: Kondisi ini juga dapat memicu anomali cuaca, termasuk kemarau basah.
Dampak Kemarau Basah
Kemarau basah dapat membawa dampak ganda, seperti:
- Pertanian: Lahan menjadi terlalu lembap, menyebabkan gagal panen pada komoditas seperti jagung, kacang-kacangan, dan kedelai.
- Sumber Daya Air: Pasokan air meningkat, mendukung sektor perairan.
- Potensi Bencana: Perubahan pola hujan yang tidak sesuai dengan prakiraan dapat membuat petani kesulitan merencanakan aktivitasnya.
Prediksi Musim Kemarau 2025
BMKG memprediksi bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mengalami kemarau basah pada pertengahan 2025, yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus 2025. Puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus 2025, dengan waktu puncak yang cenderung sama atau lebih awal dari biasanya. Maka dari itu dihimbau kepada para petani Desa Pagerdawung untuk mempersiapkan segala sesuatunya salah satunya dengan bersih-bersih saluran irigasi di masing-masing blok pertanian.
Share :